Hello!

Life is

image
Hello,

I'm Luthfia Putri Utami

I was born in Indonesia, Bekasi in 1999. University student in English Education Study Programme, State University of Jakarta. I loves photography, singing, eat noodles, drawing and any kinds of art design.

So glad you stop by! xx


Education
English Education Study Programme, State University of Jakarta

2017 - now

2 Senior High School, Bekasi (Science Study Programme)

2014 - 2017

3 Junior High School, Bekasi

2011 - 2014

1 Elementary School, Bekasi

2005 - 2011


Experience
Got an interview for Magang KompasMuda batch VIII in Graphic Design Department

2016


Organization
Staff of Development and Appreciation of Photography Bureau KMPF UNJ

2017 - now

General Treasurer of Scout in 2 Senior High School Bekasi

2016 - 2017

Staff of Public Relations Islamic Spiritual in 2 Senior High School Bekasi

2016 - 2017

Cameraman Crew of School Broadcasting in 2 Senior High School Bekasi

2016 - 2017

Author of Nakhlah Magazine in 2 Senior High School Bekasi

2015 - 2017

BLOG

Apa kabar?

Halo...
Apa kabar?
Iya kamu, sahabatku
Ingatkah kamu?
Dulu kita pernah sedekat nadi
Tapi sekarang rasanya seperti sejauh matahari ya? hehe

Bagaimana kabarmu sekarang?
Walaupun aku hanya bisa melihat kabarmu melalui instagram story, aku yakin kamu baik-baik saja...
Kalau dipikir-pikir lucu juga ya?
Dulu kita selalu bersama, kemana-manapun selalu berbarengan
Membuat 'geng' yang bisa dibilang jika mempunyai satu musuh itu berarti musuh kita semua
Bahkan kita melakukan hal-hal konyol yang hanya bisa dilakukan kalau kita bersama,
kalau melakukan hal itu sendirian mungkin aku dianggap gila haha

Tapi sayang...
Sekarang kita hanya benar-benar sebatas melihat instagram story masing-masing
Bahkan untuk membalasnya saja kita tak bisa
Kalau kita bertemu langsung pun hanya saling lihat-lihatan,
kalau kadang ingat sih sembari tersenyum dan menyebut nama masing-masing, iya kan?
Bahkan kamu pun ragu untuk memasukkanku ke dalam daftar 'close friend' mu,
karena kamu anggap kita sudah tidak seperti dahulu

Aku menulis ini untuk memberitahumu...
Mungkin sekaligus bernostalgia tentang masa-masa itu yang masih ada di ingatanku
Walaupun sekarang kita tidak bersama lagi,
aku masih menganggapmu sahabat...
Biar bagaimanapun aku akan selalu ingat bahwa kita pernah sedekat nadi sebelum sejauh matahari
Aku tak peduli kalau kamu tidak menganggapku sebagai sahabatmu lagi
Tapi aku hanya ingin kamu tahu,
bahwa aku selalu disini,
kapanpun kamu membutuhkanku,
aku selalu menunggumu kembali

Bagiku, tidak ada yang namanya mantan sahabat
Kamu akan tetap menjadi sahabatku...




Ttd,
Sahabatmu

PHOTOGRAPHY #2 - Indonesia Independence Day


ISO: 400
Shutter Speed: 1/125 s
Diafragma: 7,1

ISO: 200
Shutter Speed: 1/160 s
Diafragma: 8,0

ISO: 200
Shutter Speed: 1/250 s
Diafragma: 9,0

ISO: 200
Shutter Speed: 1/125 s
Diafragma: 7,1
ISO: 400
Shutter Speed: 1/125 s
Diafragma: 7,1
ISO: 400
Shutter Speed: 1/250 s
Diafragma: 10,0
ISO: 200
Shutter Speed: 1/250 s
Diafragma: 10,0

Dreams Comes True


Berawal dari sebuah pengalaman, saya ingin menceritakan bagaimana akhirnya saya bisa menulis blog ini dengan judul diatas.
Ya, dreams comes true.

Ini cerita tentang perjuangan saya untuk menggapai bangku perguruan tinggi negeri.

Awal kelas 7 SMP, saya mendengarkan ibu saya bercerita tentang betapa enaknya untuk menjadi seorang guru. Ada satu singkatan yang membuat saya tertarik untuk menjadi seorang guru. PNS. Yang ada di pikiran saya, menjadi PNS sangatlah menyenangkan, hidup sejahtera mendapat uang walaupun kita sudah tidak bekerja. (Maaf, saya anaknya memang suka ngumpulin uang)

Berawal dari sana, sering sekali saya diberi pertanyaan "Cita-cita nya mau jadi apa?" dan saya selalu menjawab "Guru bahasa inggris hehe". Karena saya memang mencintai bahasa inggris sejak SD, karena nilai saya selalu diatas 90 (bukan bermaksud sombong hehe). Saya juga selalu ikut les bahasa inggris sana-sini sejak SD.

Tetap dalam pendirian saya, hingga saya kelas 9, saya selalu menjawab ingin menjadi guru bahasa inggris di setiap ada yang menanyakan tentang cita-cita saya.

Namun, pada saat memasuki bangku SMA. Saya dihadapi pilihan yang sangat sulit. Pilihan jurusan. IPA/IPS?

Memang ada tes psikotes saat awal masuk SMA untuk melihat apakah kita lebih mampu di IPA atau IPS, tetapi tes itu tidak cukup untuk saya, karena hasil dari tes itu saya mendapatkan yang seimbang antara IPA atau IPS. Yang berarti saya bisa di jurusan mana saja.

Saat itu, saya sempat berselisih dengan ibu saya, karena ibu saya lebih memilih IPS, sedangkan saya lebih memilih IPA pada saat itu, dengan alasan IPA bisa ke jurusan apa saja saat kuliah nanti. Jelas ibu saya memilih IPS karena beliau melihat hasil raport saya, hampir setiap pelajaran IPS yang saya pelajari saat SMP mendapatkan 90. Tetapi, saya lagi-lagi tetap pada pendirian untuk memilih IPA.

Aneh memang, cita-cita ingin menjadi seorang guru bahasa inggris, tetapi masuk IPA. Berulang kali ibu saya mengatakan seperti itu juga. Akhirnya, masuklah saya ke dalam jurusan IPA di SMA.

Namun saat memasuki kelas 10 SMA, sangat tidak disangka, saya merasa tertekan, nilai saya menurun semua, bukan hanya satu dua angka, tetapi menurun dengan sangat drastis. Yang awalnya di SD saya selalu mendapatkan 3 besar dan SMP selalu mendapatkan 10 besar, kelas 10 SMA saya mendapatkan peringkat yang sangat sangat tidak ingin saya ingat. Bahkan saat salah satu pelajaran mtk, saya pernah menangis di kelas karena kelompok saya belum menyerahkan lembar jawaban dan guru mtk tersebut sudah tidak mau menerima lagi, dan akhirnya pun saya teringat akan nilai saya yang sangat turun drastis, lalu menangis di meja saya yang berada di belakang kelas. Buat kalian teman kelas 10 saya yang membaca ini, pasti kalian sering melihat saya menunduk di meja pojok belakang dengan alasan tidur, padahal tidak, saya menangis atau hanya sekedar memejamkan mata sambil merenung.

Belum cukup sampai disitu, saya semakin merasa tertekan berada di kelas 10 karena suatu masalah yang saya sebabkan dengan jari saya, saya salah mengcopy-paste sebuah bc-an yang berakibatkan semua anak di kelas marah kepada saya. Dan akhirnya, hari libur 2 minggu yang sangat berarti bagi siswa SMA itu sangat tidak menyenangkan bagi saya, karena saya selalu memikirkan kejadian tersebut.

Dan di kelas 10 SMA lah saya juga mulai berhenti les bahasa inggris, karena jadwal yang bentrok dengan bimbel saya. Lagi-lagi dikarenakan nilai yang turun.

To be honest, saya selalu ingin cepat-cepat lulus dari SMA pada saat itu.

Tapi, keadaan berubah saat saya duduk di kelas 11 SMA. Nilai saya naik perlahan. Saya mulai merasakan nyaman di kelas saya. Saya mulai merasakan yang namanya kehidupan SMA yang kata orang masa-masa paling indah. Mulai sejak saat ini lah saya menjadi labil untuk memilih jurusan yang saya ingin di kuliah. Tetapi, saat orang bertanya "Mau lanjut kemana?" saya tetap menjawab "Pendidikan Bahasa Inggris UNJ". Ya, sejak SMP saya selalu mengatakan ingin melanjutkan kuliah ke Pendidikan Bahasa Inggris UNJ. Bahkan tak hanya satu dua orang yang mengatakan "Itu kan soshum fi?". Karena pertanyaan ini, saya menjadi berpikir berkali-kali tentang jurusan yang saya mau.

Bahkan, saat kelas 11 SMA juga saya mulai semakin mendalami graphic design yang dari dulu saya lakukan hanya sekedar untuk 'main-main'. Saya mulai mencoba mendaftar Magang Kompas MUDA sebagai graphic designer. Dengan niat awal hanya iseng-iseng berhadiah dengan mengirim email dengan isi kepedean saya dan karya saya, ternyata saya lolos tahap pertamaaaa! Senangnya sangat luar biasa, dari beribu-ribu orang yang mengirimkan email, saya terpilih untuk lolos ke tahap kedua. Hari-hari saya pun semakin ceria di kelas 11 SMA ini. Perjalanan untuk menjadi Magangers sebentar lagi sampai. Ya, karena seleksi ini hanya 2 tahap. Akhirnya saya menuju kantor Kompas untuk melakukan tahap 2, yaitu tahap wawancara. Namun dengan sangat disayangkan, saya gagal di tahap terakhir ini.

Mulai saat itu, saya merasa bahwa menjadi graphic designer adalah impian saya. Kerja disebuah kantor majalah atau koran juga menjadi impian saya. Mulailah terjadi perubahan pilihan jurusan kuliah. Saya berpikir, bakat saya di gambar, jadi saya harus memilih jurusan yang ada hubungannya dengan menggambar.

Naik ke kelas 12 SMA, nilai saya semakin naik dengan pesat. Bahkan saya pernah mendapatkan 10 besar lagi setelah 2 tahun lamanya. Dan saat semester 1, ketika di tanya tentang cita-cita atau ingin melanjutkan kemana, saya tetap menjawab "Pendidikan Bahasa Inggris UNJ". Tetapi, hal itu tidak bertahan lama, saya merubah jurusan saya ke SAPPK ITB dan FSRD ITB, dan berharap saya bisa melengkapkan keluarga saya agar menjadi keluarga ITB yang semuanya berkuliah di ITB (iya, kakak saya dua-duanya kuliah di ITB)

Tetapi, jurusan ini juga tidak bertahan lama. Di semester ke 2, H-2 atau 3 bulan SBMPTN, saya mengubah jurusan saya lagi. Sekarang pindah ke Arsitektur UI & Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB. Saya memilih arsitektur karena saya memang menyukai gambar dan ingin membuat desain rumah saya sendiri, sedangkan saya memilih komunikasi karena saya teringat impian saya untuk bekerja di kantor majalah atau koran. Akhirnya, SBMPTN pun saya memilih itu dan melupakan cita-cita saya sejak dulu, yaitu Pendidikan Bahasa Inggris UNJ.

Pemilihan jurusan untuk SBMPTN pun tidak berjalan mulus. Lagi-lagi saya harus berselisih dengan ibu saya. Ibu saya yang mengetahui saya dari dulu ingin menjadi guru bahasa inggris tetap ingin saya memilih Pendidikan Bahasa Inggris UNJ walaupun itu masuk kelompok soshum. Dengan begitu, saya harus mengikuti kelompok campuran di SBMPTN, mempelajari IPA dan IPS. Saya pun sempat mempelajari IPS sampai akhirnya tidak memilih soshum sama sekali di SBMPTN karena saya merasa persiapan IPS saya sangat kurang.

Saat hari pengumuman SBMPTN tiba, dengan rasa deg-degan saya menunggu pengumuman yang akan diumumkan jam 2 siang. Namun sangat disesalkan, saya tidak lolos satupun dari pilihan saya. Kecewa, pasti. Stress, pasti. Nangis, iya. Dari sanalah saya mulai meyakini, pasti Allah akan memberikan saya pilihan yang terbaik walaupun saya tidak diterima melalui jalur SBMPTN, karena masih banyak PTN yang membuka jalur mandiri. Dan sejak itu juga lah saya mulai mendaftar 6 mandiri PTN, yaitu UNS, IPB, UPI, UNDIP, UB, dan UNJ.


Di mandiri UNS, saya memilih Arsitektur lagi. Seleksi ini menggunakan nilai SBMPTN. Dan lagi-lagi, saya ditolak. Lalu saya menangis lagi.


Di mandiri IPB, saya memilih Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat lagi. Seleksi ini merupakan tes tulis yang diadakan hanya di kota Bogor, saya berangkat ke Bogor dengan kakak saya sehabis sahur. Saat tes ini memang sedang bulan Ramadhan. Dan saat pengumumannya, lagi-lagi juga, saya ditolak. Menangis lagi, iya. Disini saya sudah merasakan 3 kali ditolak.


Mulai dari sana, merasakan 3 kali ditolak pasti sangat mengganggu pikiran saya. Lalu pada suatu hari, saya mendapatkan ceramah di musholla yang saya datangi saat tarawih, ceramah tersebut bagaikan pesan untuk saya, bahwa saya harus selalu mengingat Allah, jangan putus asa, dan selalu berdoa kepada Allah, karena Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk hambanya. Saya setiap hari selalu menunaikan shalat 5 waktu tepat waktu. Selalu berdoa di setiap sujud saya dan sehabis shalat. Bahkan saya sering sekali menangis di waktu doa saya. Saya benar-benar merasakan kesedihan yang mendalam saat itu.

Di mandiri UPI, saya memilih Pendidikan Teknik Arsitektur, saat di SBMPTN pun saya memilih ini juga sebagai pilihan terakhir. Dan seleksi ini menggunakan hasil dari SBMPTN. Rasa hopeless kembali menyelimuti saya. Lemas, lesu, tak sanggup jika harus melihat kalimat "Maaf" lagi untuk keempat kalinya. Cerita yg mengesankan ada disini, saat saya pulang dari tes mandiri UNJ saat perjalanan menaiki Uber (saat itu adalah hari pengumuman UPI, tetapi saya lupa, dan baru ingat di dalam Uber saat perjalanan pulang) saya berbicara kepada kakak saya "Ya Allah ini tes terakhir, ada yang nyantol kek satu". Pulang-pulang, dengan perasaan hopeless akan diterima di UPI, saya jalan membawa berkas yang berisi nomor pendaftaran saya ke ruang keluarga, disitu kakak saya menawarkan dia yang membukanya, dan saya meng-iyakan. Dan hasilnya, alhamdulillah saya diterima untuk pertama kalinya. Senang bukan main, keluarga saya semua ikut senang juga. Apalagi nenek saya, beliau langsung mengabari saudara-saudara terdekat saya bahwa saya akhirnya lolos di PTN dan 1 kota dengan kakak saya yang berkuliah di Bandung juga (ITB). Dari sini, saya sudah tidak memikirkan mandiri yg lain jika ditolak, kalau diterima juga malah bersyukur sekali.


Lalu keesokan harinya adalah pengumuman mandiri UB. Seleksi ini menggunakan hasil SBMPTN. Disini saya harus merasakan yang namanya kata "Maaf" lagi muncul di layar laptop saya. Lagi-lagi, saya ditolak lagi. Tetapi sudah tidak terlalu sedih seperti saat saya belum memiliki universitas yang menerima saya.


Dan 2 hari setelahnya (kalau tidak salah) adalah pengumuman UNDIP. Seleksi ini menggunakan tes tulis yang diadakan di berbagai kota dan saya tes di Bekasi. Saya memilih jurusan Arsitektur disini. Dan lagi-lagi, disini saya mendapatkan penolakan yang kelima kalinya. Saya sudah berpikir "Yasudahlah, memang takdir saya itu untuk menuntut ilmu di Bandung mungkin"


Lalu saat mandiri UNJ, saya memilih jurusan yang dari dulu saya cita-citakan, yaitu Pendidikan Bahasa Inggris. Seleksi ini merupakan tes tulis. Ibu saya yang meluruskan pikiran saya lagi, ibu saya juga yang menyemangati saya bahwa saya pasti bisa lolos di jurusan ini walaupun ini soshum, dan ibu saya juga yang menyuruh saya memilih Pendidikan Bahasa Inggris tanpa ragu. Ya, saya sempat ragu untuk mengambil jurusan ini, karena Pendidikan Bahasa Inggris merupakan salah satu program studi dengan passing grade tertinggi di soshum UNJ, dan merupakan yang tertinggi dalam program studi pendidikan yang ada di UNJ. Ibu saya bilang "Udah kamu ambil soshum aja semua. Ibu yakin kamu bisa lolos di pilihan pertama". Akhirnya saya memilih ujian kelompok soshum untuk UNJ. Hanya dengan waktu 4 hari saya belajar IPS dengan mengisi soal-soal dari tahun-tahun sebelumnya, membaca rangkuman dari teman saya, dan membaca buku kuning (buku rangkuman kecil yang menurut orang-orang buku ini sangat sakti karena semua jawaban yang dicari ada di buku ini). Satu malam sebelum tes, saya dipantau kakak saya yang kedua yang kebetulan sedang pulang ke rumah. Benar-benar dipantau di dalam kamar. Karena ini merupakan tes terakhir saya, dan hidup saya sedang berada diujung (saat hari H tes belum melihat pengumuman UPI, jadi saya masih deg-degan). Dan alhamdulillah, memang yang namanya tujuan awal itu tidak boleh dilupakan, saya lolos di Pendidikan Bahasa Inggris UNJ! Orangtua saya jauh lebih senang saat saya keterima disini daripada saat mengetahui saya diterima di Pendidikan Teknik Arsitektur, karena ini memang merupakan cita-cita saya dari dulu dan juga banyak yang sedang membutuhkan guru bahasa inggris saat ini.


Akhirnya saya memilih Pendidikan Bahasa Inggris UNJ sebagai tempat saya belajar untuk meneruskan kehidupan yang lebih baik lagi nanti.

Memang yang namanya doa ke Allah sama restu orangtua itu sangat-sangat penting. Dan kejarlah cita-cita kalian setinggi langit, karena jika jatuh, setidaknya jatuh diantara bintang.

Buat kalian yang merasa sedang salah jurusan atau salah kampus saat ini. Saya mendapatkan sebuah kutipan menarik dari kakak tingkat saya:

"It's not about where you are, It's about what you do. (Ini bukan tentang dimana kamu berada, ini tentang apa yang kamu lakukan.)

Karena kenyataannya, mungkin kamu bisa mendapatkan hal-hal yang jauh lebih baik di tempat kamu sekarang.

Learning to know, learning to do, learning to be, and learning to work together.

And, have fun!"

P.s: Thanks a lot to my bestfriend who always there when I was down. Bela-belain dateng ke rumah dibawah teriknya matahari, and thank you so much for the gift you gave to me, guys! Lots of love for u 🖤


PHOTOGRAPHY #1 - Snap with Handphone



Kamera: Handphone Oppo
Tempat: Petualangan Dinosaurus, TMII
Diambil Oleh: Luthfia Putri Utami

Kamera: Handphone Samsung SM-J730G (J7 Pro)
Tempat: Rumah
Diambil Oleh: Bapak

Kamera: Handphone Samsung SM-J730G (J7 Pro)
Tempat: Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Diambil Oleh: Luthfia Putri Utami

Kamera: Handphone LG
Tempat: Cimory, Bandung
Diambil Oleh: Kakak

Can I?


Pertanyaan simple namun rumit.
Ya, Can I?

Bisakah aku menjadi orang normal seperti kebanyakan orang yang lainnya?
Bisakah aku mempunyai kehidupan seperti orang normal lainnya?
Bisakah aku hanya diam dan mengurus urusanku sendiri?
Bisakah aku menikmati kehidupan ini?

Jenuh.
Ya, saya merasa jenuh.

Jenuh akan kehidupan ini.
Jenuh akan semua yang aku lakukan.

Tidakkah bisa saya menjadi orang normal seperti yang lainnya?
Bisakah saya merasakan liburan seperti orang lainnya?
Bisakah saya merasakan liburan tanpa harus mengerjakan sesuatu yang membuat saya jenuh?

Kedamaian.
Ya, yang saya perlukan hanyalah kedamaian.

☺❤

Follow Me on Instagram

Contact Me
LUTHFIA PUTRI UTAMI
Line: luthfiaptr_
Bekasi, Indonesia